Language

.
Our discussion of language covers three major areas. One is general introduction on language; two is the development of linguistic ability (subjects are child), and; three is developed cognitive module for language (subjects are adults).

Part 1, --general introduction-- covers definition, two functions, three elements, and two fundamental aspects of language.

Part 2 --language development-- covers the investigations of the original onset of language in babies, the step-by-step emergence of linguistic behavior of children (among others, in relation to Piaget’s cognitive development theory), and the phenomenon of bilingualism --children who are enviromentally exposed to two languages-- and its effect on three interesting higher mental processes (i.e. metalinguistic awareness, cognitive control, and problem solving and creativity).

Part 3 --developed cognitive language module-- covers two means of language comprehension: (1) speech perception (auditory) and; (2) reading comprehension (visual). Important aspects of speech perception discussion are the significance of coarticulation as a unique characteristic of speech perception, and; three theories of speech perception. Reading comprehension occurs via two subprocesses: (1) lexical process, and (2) comprehension process. Objective of lexical process is perception of words, while that of comprehension process is understanding of message.

Additionally we will discuss about speech acts, only when the time permits.




3 comments:

Anonymous said...

Dibawah ini mungkin dpat dijadikan sebagai salah satu contoh kasus dimana seorang individu dalam perkembangannya mendapatkan 3 bahasa.

Sebuah keluarga Indonesia yang tinggal di USA. Si ayah dari suku Sunda, ibu suku Jawa mereka menikah di USA kemudian memiliki seorang anak perempuan. Dalam perkembangannya, sejak usia sekolah, si anak masuk ke private school, sudah jelas bahasa pengantarnya adalah Inggris.
Di rumah, kedua orangtuanya menginginkan anaknya tetap ingat darah Indonesia-nya, sehingga kedua orangtuanya mengajarkan bahasa Indonesia. Dan si ibu, sebagai orang Jawa, juga menginginkan anaknya mengerti tanah Jawa akhirnya..mengajarkan anaknya berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Lengkap sudah:-)
Hingga sekarang, usia si anak 12 tahun...di rumah ia berkomunikasi dengan kedua orangtuanya dengan bhs Inggris, meskipun orangtuanya mengajak komunikasi dlm bhs Indonesia atau Jawa, anak menjawab dlm bhs Inggris. Bhs Indonesia atau Jawa hanya sekali-sekali dia lontarkan ketika mereka (ayah, ibu dan anak) sedang becanda.

Anonymous said...

Kasus lain:

Pengalaman seorang ibu, single parents sejak anak laki-lakinya lahir. Si ibu yang memiliki usaha salon, setiap hari membawa anaknya kerja. Menginjak usia hampir 3 tahun, anaknya belum menunjukkan kemampuan bahasa seperti anak lain seusianya dan perilakunya dapat dikatakan hyperaktive. Contoh: ketika si ibu sedang berbicara dgn orang lain, anak akan berlari-lari tanpa tujuan sambil berteriak-teriak tidak jelas (si ibu berpikir anaknya mencari perhatian)
Hingga suatu waktu, saya sarankan untuk membawa anaknya konsultasi. Result yang diperoleh adalah si anak harus mengikuti therapy wicara dan konsentrasi, 2x seminggu. Hasilnya, dalam 1 bulan pertama, kemampuan komunikasi anak mulai muncul tetapi dlm bentuk non-verbal. Contoh: Ketika si ibu sedang berbicara dengan orang lain dan anaknya ingin menyela pembicaraan mereka, maka si anak akan memberikan tanda dengan kedua tangannya (seperti tangan wasit ktika memberikan tanda break pada pemain basket).
Tiga bulan kemudian, si anak baru dapat berkomunikasi secara verbal, tetapi kemampuannya masih pada tahap per-dua kata dan itupun kadang masih terbalik-balik.

Sepengetahuan saya, therapy tsb hanya bertahan 3 bulan, si ibu tidak lagi melanjutkan.

Sekarang anak tsb berusia 9 thn, klas 4SD.
Secara akademik ia tidak memiliki kesulitan dlm belajar, tetapi si ibu sering dipanggil oleh guru sekolahnya sehubungan dengan tulisan si anak yg "mnurut" bu guru sangat jauh di bawah kemampuan menulis teman-teman seusianya.
Ketika si anak diminta menulis dengan buku khusus utk menulis halus (buku dgn format garis besar kecil) si anak mampu melakukannya, tetapi ketika kembali dgn buku tulis normal, maka tulisannya kembali tidak beraturan besar kecilnya.

Anonymous said...

Perbandingan kasus:

Seorang anak perempuan, usia 5thn, klas 1 SD.
Kedua orangtuanya bekerja sbg dokter hewan. Ketika si anak usia 1 thn, dia blm dapat mengucapkan kata "ma" atau "pa", tetapi ketika ditanya "suara anjing gimana?" si anak jwb " guk..guk" atau "suara bebek gmn?" anak jwb "wek..wek.." :-)

Berjalannya waktu, minggu lalu kedua orangtuanya menitipkan anak tsb ke saya dan kami berdua menghabiskan waktu di kebun binatang dan saya sempet beberapa kali mati gaya dgn perkembangan kognitif anak tsb.

Contoh:
Dalam perjalanan ke kbn binatang sy katakan bhw saya akan ajak dia mengukur kandang orangutan, jwbnya "setelah diukur nanti diapain?"
Ktika sy tawarkan naik andong lalu sy tunjukan "itu nak..nanti kita naik andong itu" jwbnya "aku tau itu andong..tp naiknya dari mana?" (OMG!)
Setelah naik andong, anak tsb ingin melihat jerapah dan zebra. Sambil berjalan mencari kandang jerapah, sy bergumam sendiri "hmm..jerapah dimana ya?" anak tsb menjwb "diliat aja tandanya tadi dekat karcis andong" (Gubraaaaakkkk!) Saya tidak perhatikan bhw disamping loket pembelian tiket andong ada signed arah.
Sepulang dari kebun binatang, kami menghabiskan waktu di rumah dan anak tsb membuka rak-rak koleksi dvd film. Ktika ia menemukan rak paling bawah, komentarnya "wah..kok ada film anak kecil?" (lion king dll), jwb sy "iya..saya suka liat film itu"
Jwbnya "berarti eyang masih anak kecil juga donk?" (gubrakkkkkk lagi!).

Logika deduktifnya jalan...
Dari kasus ini, jika saya bandingkan dengan kasus sebelumnya, perkembangan bahasa kedua anak tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, khususnya orangtua. Dimana pada kasus pertama, si ibu single parents, tidak memiliki waktu utk mengajak anak berkomunikasi sehingga menjelang usia 3thn kemampuan komunikasi anak belum muncul.
Sedangkan pada kasus ke 2, kedua orangtua bekerja sebagai doktr hewan, sehingga vocabulary pertama adalah suara binatang. Dan karena social life-nya orang-orang atau teman-teman yg usianya lebih tua maka perkembangan kognitif si anak lebih maju dibanding anak seusianya.

Post a Comment